Analisis Perekonomian Banten 2009-2011

PENDAHULUAN

Propinsi Banten memiliki luas wilayah sekitar 8.651,20 Km2, yang terbagi atas 4 Kabupaten dan 2 Kota. Propinsi ini merupakan salah satu dari lima propinsi yang berpenduduk paling besar. Hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000, menunjukkan jumlah penduduk propinsi tersebut mencapai 8.098.000 jiwa atau 3,93% dari penduduk Indonesia dan berdasar Sensus Penduduk tahun 2010 meningkat menjadi 10.644.030 jiwa 4,48% dari penduduk Indonesia. Dengan luas wilayah Banten sekitar 9.018,64 kilo meter persegi yang didiami oleh 10.644.030 orang maka ratarata tingkat kepadatan penduduk Banten adalah sebanyak 1.180 orang per kilo meter persegi. Wilayah yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Tangerang yakni sebanyak 9.613 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Lebak yakni sebanyak 395 orang per kilo meter persegi.

Percepatan dan perlambatan pertumbuhan pada setiap sektor berpengaruh terhadap perkembangan kontribusi sektor tersebut dalam PDRB. Pertumbuhan yang cepat akan membuat kontribusi sektor tersebut cenderung bertambah, sebaliknya perlambatan pertumbuhan membawa konsekuensi pada penurunan kontribusinya pada PDRB.

Perkembangan kontribusi masing-masing kelompok sektor dan sektor ekonomi di Banten pada triwulan III-2011 diperlihatkan pada tabel 3. Nampak bahwa kontribusi kelompok sektor primer pada triwulan III-2011 lebih tinggi dari kondisi dua tahun sebelumnya. Secara kumulatif dari triwulan I s/d III-2011 kontribusi kelompok sektor ini sudah mencapai 8,90 persen, juga lebih tinggi dari kontribusi pada dua tahun sebelumnya. Adanya peningkatan kontribusi ini dipicu oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebagai dampak melonjaknya produksi padi.

Pada kelompok sektor sekunder, kontribusinya di triwulan III-2011 maupun secara kumulatif hingga triwulan III-2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi dua tahun sebelumnya. Penurunan kontribusi dipicu oleh masih rendahnya pertumbuhan di sektor industri pengolahan. Walaupun pada sektor ini terjadi percepatan pertumbuhan, akan tetapi secara rata-rata masih kalah jauh dengan pertumbuhan yang terjadi pada sektor lainnya sehingga berdampak pada turunnya kontribusi pada PDRB. Sampai dengan triwulan III-2011, kontribusi sektor industri pengolahan mencapai 47,91 persen atau turun 0,84 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 1.

Struktur PDRB Banten Menurut Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 – 2011

( Persen )

Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha

2009

2010

2011

Triwulan II

Triwulan III

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

a. Kelompok Sektor Primer

1. Pertanian,Peternakan, Kehutanan & Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian

b. Kelompok Sektor Sekunder

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Konstruksi

c. Kelompok Sektor Tersier

6. Perdagangan, Hotel,dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi dan Jasa Perusahaan

8. Keuangan, Persewaan

9. Jasa-jasa

8,03

7,92

0,11

55,97

49,43

3,47

3,07

36,00

18,20

8,72

3,66

5,22

8,42

8,31

0,11

55,28

48,75

3,53

3,00

36,30

18,36

9,07

3,81

5,06

8,71

8,60

0,11

53,92

47,52

3,40

3,00

37,37

19,04

9,29

3,73

5,31

8,90

8,79

0,11

54,27

47,91

3,41

2,95

36,83

18,81

9,20

3,79

5,03

PDRB

PDRB Tanpa Migas

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Kontribusi kelompok sektor tersier pada triwulan III-2011 mencapai 37,37 persen, akan tetapi secara kumulatif hingga triwulan ini mencapai 36,83 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kontribusi sektor ini hanya meningkat 0,53 poin. Peningkatan ini ditunjang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang kontribusinya mengalami peningkatan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran kontribusinya meningkat dari 18,36 persen pada tahun 2010 menjadi 18,81 persen hingga triwulan III-2011, sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi kontribusinya meningkat dari 9,07 persen menjadi 9,20 persen pada periode yang sama.

Tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi adalah, selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 1997).

Tenaga kerja merupakan salah satu factor yang paling menentukan da;lam proses pembangunan di suatu wilayah. Semakin besar jumlah tenaga kerja, lebih-lebih apabila disertai dengan keahlian yang cukup memadai, akan semakin pesat pula perkembangan pembangunan di wilayah tersebut.

Gambaran Ketenagakerjaan di Banten pada Pebruari 2010 menunjukkan sedikit perbaikan dimana terjadi peningkatan penduduk yang bekerja dan menurunnya jumlah penduduk yang menganggur. Jumlah angkatan kerja pada Pebruari 2010 tercatat mencapai 4.442.543 orang atau naik sebanyak 95.303 orang dibanding keadaan Agustus 2009. Kenaikan angkatan kerja pada periode ini sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja. Tercatat kenaikan jumlah penduduk yang bekerja pada periode ini sebesar 109.937 orang, sedangkan jumlah penganggur pada periode yang sama mengalami sedikit penurunan yaitu sebanyak 24.634 orang jika dibandingkan keadaan Agustus 2009.

Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian per tahunnya terus mengalami penurunan. Pada Pebruari 2010 penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 717.535 orang, atau turun sebesar 27.333 orang dibanding keadaan Agustus 2009. Kegiatan perekonomian dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh Sektor perdagangan yang menyerap 984.513 orang atau lebih dari seperempat penduduk yang bekerja (25,8 persen) terserap di sektor ini. Disusul kemudian oleh sektor Industri yang menyerap pekerja sebanyak 863.269 orang (22,6 persen).

Dengan seluruh kondisi di atas maka timbul pertanyaan apakah perubahan kontribusi sektoral yang terjadi telah didasarkan kepada strategi kebijakan pembangunan yang tepat, yaitu strategi yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan penduduk. Karena sangat dipahami bahwa untuk melakukan pembangunan, sumber daya yang ada terbatas, sebagai konsekuensinya harus diarahkan kepada pembangunan sektorsektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Penelitian ini mencoba menggambarkan pola perubahan sektoral dalam perekonomian dan bagaimana sebaiknya arah kebijakan strategi pembangunan yang paling menguntungkan berdasarkan analisis pola perubahan tersebut. Namun sebelum sampai ke analisis dan pembahasan tersebut, perlu dipahami lebih dahulu alat analisis yang akan dipakai, yaitu metode Input-Output.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Pengikut

About Me

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Statistiku

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger